Obat Antiamubiasis
"Paromomycin"
Oleh: Asriani Indah Bangu
Pembimbing: Yulius B. Korasa,
S.Farm, Apt., M.Sc
Pengertian
Penyakit amoebiasis adalah penyakit
infeksi yang terjadi di usus besar, penyakit ini disebabkan oleh parasit jenis
komensal usus yang kebanyakan tersebar di daerah tropis. Penyakit ini juga
disebabkan oleh kepadatan penduduk yang terjadi yang tentunya juga berpengaruh
pada kebersihan lingkungan.
Penyebab
Seperti yang telah kita ketahui dari
pengertian di atas bahwa penyakit ini disebabkan oleh kuman, yang lebih
jelasnya kuman ini dinamakan Entamoeba histolyctica, yang merupakan protozoa
tumbuh dan berkembang di usus meskipun tidak menimbulkan penyakit di usus
besar. Namun dengan kondisi tubuh yang tidak memungkinkan protozoa ini dapat
tumbuh dan menembus dinding usus serta timbulkan peradangan.
Gejala
Kuman penyebab penyakit ini ada banyak
yang disertai dengan gejala yang berbeda-beda pula. Gejala yang dialami oleh
penderita, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut : perut kembung, nyeri
perut yang disertai kejang, diare, tinja yang berbau busuk serta bercampur
darah atau lender.
PAROMOMYCIN
Paromomisina
(paromomycin) adalah antibiotika amoebisidal yang termasuk golongan
aminoglikosida. Antibiotik yang juga dikenal dengan nama monomycin dan
aminosidine ini bekerja dengan cara mengikat secara ireversibel sub unit 16s
dari ribosom prokariotik bakteri yang peka sehingga menghambat sintesa protein
yang pada akhirnya menghambat pertumbuhan bakteri itu. paromomisina
(paromomycin) mempunyai spektrum luas, aktif terhadap bakteri gram negatif
maupun gram positif. Efektivitas paromomisina (paromomycin) terhadap
bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus telah
terbukti.
Deskripsi
Paromomisin merupakan golongan
aminoglikosida yang berasal dari Streptomyces
rimosus yang absorbsinya di usus, sehingga
konsentrasi di lumen usus cukup tinggi untuk membunuh E.histolytica.
Karena merupakan antibiotika, maka memiliki juga efek antibakterial di dalam
kolon. Obat ini digunakan untuk
mengobati infeksi akibat parasit tertentu dari usus (amebiasis). Paromomycin
dikenal sebagai antibiotik aminoglikosida yang cara kerjanya dengan
menghentikan pertumbuhan parasit dalam usus. Obat ini sulit diserap ke dalam
darah sehingga tidak akan bekerja untuk infeksi di luar usus.
Paromomycin (Humatin) adalah obat luminal pilihan, paromomycin (Humatin) harus
digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan kolitis, seperti yang baik
nefrotoksik dan ototoxic. Penyerapan melalui dinding yang rusak dari saluran
usus dapat menyebabkan kehilangan pendengaran permanen dan kerusakan ginjal. Diberikan obat pembasmi amuba
per-oral (melalui mulut), seperti iodokuinol, paromomisin dan
diloksanid, yang akan membunuh parasit di dalam usus.
Mekanisme
kerja paromomisin adalah bekerja langsung pada E. Histolytica dan
membunuhnya, dengan kata lain paromomisin bekerja sebagai amubisid.
Paromomisin → langsung
sebagai amubisid
Terapi amebiasis
intestinal ringan sampai sedang (seperti Cyptosporidiosis amoebiasis
misalnya diare, serta penyakit lain sperti Leishmaniasis) yang disebabkan Entamoeba histolytica (bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus). Terapi penunjang
untuk koma hepatikum.
Paromomycin juga digunakan untuk
mengobati infeksi pada usus akibat parasit dan bakteri tertentu. Obat ini juga
dapat digunakan bersama dengan obat khusus untuk mengobati masalah tertentu
pada otak yang serius, seperti ensefalopati hepatik. Kondisi ensefalopati
hepatik terjadi pada orang dengan penyakit hati karena terlalu banyak amonia
dalam tubuh. Paromomycin membantu mengobati ensefalopati hepatik dengan
menghentikan pertumbuhan bakteri tertentu dalam usus yang menghasilkan amonia.
Obat ini juga dapat digunakan untuk mengobati infeksi usus lain seperti infeksi
cacing pita dan giardiasis.
Mual, muntah,
ototoksik & nefrotoksik, kejang perut, diare, kemerahan pada
kulit, sakit kepala, vertigo, superinfeksi.
Interaksi Obat:
Gangguan absorbsi
dari fenoksimetilpenicillin, digoksin, metotreksat, beberapa vitamin dapatmenurunkan
efek kontrasepsi oral.
Obat-obatan
apa yang mungkin berinteraksi dengan paromomycin
− Amifampridine
− Colistimethate Sodium
− Digoxin
Dosis: 25-35 mg/kg bb/hari atau 3 x 500 mg/hari
selama 5-10 hari.
Obat
ini diminum secara oral dengan makanan, biasanya 3 kali sehari. Dosis
didasarkan pada berat badan, kondisi medis, dan respon terhadap pengobatan.
Dosis Paromomycin untuk
orang dewasa:
·
Dosis
untuk Amebiasis pada orang dewasa: 25 – 35 mg/kg/hari secara oral dalam 3 dosis
terbagi dengan makanan selama 5 – 10 hari. Harus digunakan mengikuti rangkaian
metronidazol untuk pengobatan ringan hingga parah, serta gejala penyakit.
Paromomycin tidak efektif dalam extraintestinalamebiasis.
·
Dosis untuk Cryptosporidiosis pada orang dewasa: 25
– 35 mg/kg/hari secara
oral dalam 2 sampai 4 dosis yang terpisah dengan makanan selama 10 sampai 14
hari (diteliti). Kadang-kadang digunakan selama 4 sampai 6 minggu untuk pasien
AIDS.
·
Dosis untuk Dientamoebafragilis pada orang
dewasa: 25 – 35 mg/kg/hari secara
oral dalam 3 dosis yang terpisah, dengan makanan selama 7 hari (penggunaan
tanpa label).
·
Dosis untuk Giardiasis pada orang dewasa: 25 –
35 mg/kg/hari secara
oral dalam 3 dosis yang terpisah, dengan makanan selama 7 hari (diteliti).
Paromomycin merupakan alternatif untuk pengobatan giardiasis. Metronidazol
umumnya dianggap sebagai obat pilihan.
·
Dosis untuk Hymenolepis nana (cacing pita
kerdil) pada orang dewasa: 45 mg/kg secara oral sekali sehari selama 5
sampai 7 hari (penggunaan tanpa label). Paromomycin bukanlah pengobatan
pilihan.
·
Dosis untuk Diphyllobothriasis Latum (cacing
pita ikan) pada
orang dewasa: 1 g per oral setiap 15 menit untuk 4 dosis (penggunaan tanpa
label). Paromomycin bukanlah pengobatan pilihan.
·
Dosis untuk Dipylidiumcaninum (cacing pita
anjing) pada orang dewasa: 1 g per oral setiap 15 menit untuk 4 dosis
(penggunaan tanpa label). Paromomycin bukanlah pengobatan pilihan.
·
Dosis untuk Taeniasaginata (cacing pita sapi)
pada orang dewasa: 1 g per oral setiap 15 menit untuk 4 dosis (penggunaan tanpa
label). Paromomycin bukanlah pengobatan pilihan.
·
Dosis untuk Taeniasolium (cacing pita babi) pada
orang dewasa: 1 g per oral setiap 15 menit untuk 4 dosis (penggunaan
tanpa label). Paromomycin bukanlah pengobatan pilihan.
·
Dosis untuk Koma Hepatik pada orang dewasa (terapi
tambahan): 1 gram empat kali sehari selama 5 sampai 7 hari.
Dosis Paromomycin untuk anak-anak:
·
Dosis untuk Amebiasis pada anak-anak <18 tahun: 25
sampai 35 mg / kg / hari secara oral dalam 3 dosis terpisah, dengan makanan
selama 5 sampai 10 hari. Harus digunakan mengikuti rangkaian metronidazol untuk
pengobatan ringan sampai yang parah, beserta gejala penyakit. Paromomycin tidak
efektif dalam amebiasis ekstraintestinal.
·
Dosis
untuk Cryptosporidiosis pada anak-anak: 25 sampai 35 mg / kg / hari secara oral
dalam 3 dosis terpisah, dengan makanan selama 10 sampai 14 hari (diteliti).
Telah kadang-kadang digunakan hingga 4 sampai 6 minggu atau lebih pada pasien
AIDS.
·
Dosis
untuk Dientamoebafragilis pada anak-anak <18 tahun: 25 sampai 35 mg / kg / hari
secara oral dalam 3 dosis tepisah, dengan makanan selama 7 hari (penggunaan
tanpa label).
·
Dosis
untuk Giardiasis pada anak-anak <18 tahun: 25 sampai 35 mg / kg / hari
secara oral dalam 3 dosis terpisah, dengan makanan selama 7 hari (diteliti).
Paromomycin merupakan alternatif untuk pengobatan giardiasis. Metronidazol
umumnya dianggap sebagai obat pilihan.
·
Dosis
untuk Hymenolepis nana (cacing pita kerdil) pada anak-anak <18 tahun:
45 mg / kg secara oral sekali sehari selama 5-7 hari (penggunaan tanpa label).
·
Dosis
untuk Diphyllobothrium Latum (cacing pita ikan) pada anak-anak <18 tahun: 11
mg / kg secara oral setiap 15 menit untuk 4 dosis (penggunaan tanpa label).
·
Dosis
untuk Dipylidium caninum (cacing pita anjing) pada anak-anak <18
tahun: 11 mg / kg secara oral setiap 15 menit untuk 4 dosis (penggunaan tanpa
label).
·
Dosis
untuk Taeniasaginata (cacing pita sapi) pada anak-anak <18 tahun: 11 mg / kg secara oral setiap 15
menit untuk 4 dosis (penggunaan tanpa label).
·
Dosis
untuk Taeniasolium (cacing pita babi) pada anak-anak <18 tahun: 11 mg / kg
secara oral setiap 15 menit untuk 4 dosis (penggunaan tanpa label).
Sediaan: 250 mg
Sebaiknya diberikan bersama makanan :
Berikan saat makan.
Penyimpanan:
Obat
ini paling baik disimpan pada suhu ruangan, jauhkan dari cahaya langsung dan
tempat yang lembap.
Perhatian:
Penderita dengan lesi ulseratif pada usus besar dan hati-hati memberikan paromisin
pada pasien yang mengidap kerusakan hati dan ginjal.
Pencegahan
Ini adalah langkah yang cukup penting agar kita tidak
sampai terhinggap penyakit ini, atau dapat dilakukan sebagai tindakan setelah
masa pengobatan. Diantaranya adalah selalu memasak makanan atau minuman dengan
baik, hal ini karena diketahui bahwa kista akan mati apabila dipanaskan pada
suhu di atas 50 derahat celcius. Selain itu, juga perlu memperhatikan masalah
jamban tempat pembuangan di rumah. Kita juga harus mewaspadai orang yang
terkena penyakit ini untuk memasak makanan dan minuman yang kita santap, karena
hal itu juga dapat menularkan penyakit.
Gambar
Daftar
Pustaka
Tjay, Tan Hoon dan Kirana, Raharja. 2002.Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya. Jakarta : PT
Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.
Anonim.
2007. Informasi
Spesialite Obat Indonesia Volume 42-2007. Jakarta : PT Ikrar
Mandiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar