Senin, 09 Mei 2016

Obat Anti Amubiasis - Paromomycin

Obat Antiamubiasis

"Paromomycin"

Oleh: Asriani Indah Bangu

Pembimbing: Yulius B. Korasa, S.Farm, Apt., M.Sc


Pengertian

Penyakit amoebiasis adalah penyakit infeksi yang terjadi di usus besar, penyakit ini disebabkan oleh parasit jenis komensal usus yang kebanyakan tersebar di daerah tropis. Penyakit ini juga disebabkan oleh kepadatan penduduk yang terjadi yang tentunya juga berpengaruh pada kebersihan lingkungan.

Penyebab
Seperti yang telah kita ketahui dari pengertian di atas bahwa penyakit ini disebabkan oleh kuman, yang lebih jelasnya kuman ini dinamakan Entamoeba histolyctica, yang merupakan protozoa tumbuh dan berkembang di usus meskipun tidak menimbulkan penyakit di usus besar. Namun dengan kondisi tubuh yang tidak memungkinkan protozoa ini dapat tumbuh dan menembus dinding usus serta timbulkan peradangan.

Gejala
Kuman penyebab penyakit ini ada banyak yang disertai dengan gejala yang berbeda-beda pula. Gejala yang dialami oleh penderita, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut : perut kembung, nyeri perut yang disertai kejang, diare, tinja yang berbau busuk serta bercampur darah atau lender.



PAROMOMYCIN
Paromomisina (paromomycin) adalah antibiotika amoebisidal yang termasuk golongan aminoglikosida. Antibiotik yang juga dikenal dengan nama monomycin dan aminosidine ini bekerja dengan cara mengikat secara ireversibel sub unit 16s dari ribosom prokariotik bakteri yang peka sehingga menghambat sintesa protein yang pada akhirnya menghambat pertumbuhan bakteri itu. paromomisina (paromomycin) mempunyai spektrum luas, aktif terhadap bakteri gram negatif maupun gram positif. Efektivitas paromomisina (paromomycin) terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus telah terbukti.


Deskripsi
Paromomisin merupakan golongan aminoglikosida yang berasal dari Streptomyces
rimosus yang absorbsinya di usus, sehingga konsentrasi di lumen usus cukup tinggi untuk membunuh E.histolytica. Karena merupakan antibiotika, maka memiliki juga efek antibakterial di dalam kolon. Obat ini digunakan untuk mengobati infeksi akibat parasit tertentu dari usus (amebiasis). Paromomycin dikenal sebagai antibiotik aminoglikosida yang cara kerjanya dengan menghentikan pertumbuhan parasit dalam usus. Obat ini sulit diserap ke dalam darah sehingga tidak akan bekerja untuk infeksi di luar usus.

Paromomycin (Humatin) adalah obat luminal pilihan, paromomycin (Humatin) harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan kolitis, seperti yang baik nefrotoksik dan ototoxic. Penyerapan melalui dinding yang rusak dari saluran usus dapat menyebabkan kehilangan pendengaran permanen dan kerusakan ginjal. Diberikan obat pembasmi amuba per-oral (melalui mulut), seperti iodokuinol, paromomisin dan diloksanid, yang akan membunuh parasit di dalam usus.

Mekanisme kerja paromomisin adalah bekerja langsung pada E. Histolytica dan membunuhnya, dengan kata lain paromomisin bekerja sebagai amubisid.
Paromomisin → langsung sebagai amubisid

Terapi amebiasis intestinal ringan sampai sedang (seperti Cyptosporidiosis amoebiasis misalnya diare, serta penyakit lain sperti Leishmaniasis) yang disebabkan Entamoeba histolytica (bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus). Terapi penunjang untuk koma hepatikum.

Paromomycin juga digunakan untuk mengobati infeksi pada usus akibat parasit dan bakteri tertentu. Obat ini juga dapat digunakan bersama dengan obat khusus untuk mengobati masalah tertentu pada otak yang serius, seperti ensefalopati hepatik. Kondisi ensefalopati hepatik terjadi pada orang dengan penyakit hati karena terlalu banyak amonia dalam tubuh. Paromomycin membantu mengobati ensefalopati hepatik dengan menghentikan pertumbuhan bakteri tertentu dalam usus yang menghasilkan amonia. Obat ini juga dapat digunakan untuk mengobati infeksi usus lain seperti infeksi cacing pita dan giardiasis.

Hipersensitif, pasien yang memiliki penyakit sumbatan pada usus.
                                                                                                                        
Mual, muntah, ototoksik & nefrotoksik, kejang perut, diare, kemerahan pada kulit, sakit kepala, vertigo, superinfeksi.

Interaksi Obat:         
Gangguan absorbsi dari fenoksimetilpenicillin, digoksin, metotreksat, beberapa vitamin dapatmenurunkan efek kontrasepsi oral.
Obat-obatan apa yang mungkin berinteraksi dengan paromomycin
 Amifampridine
 Colistimethate Sodium
 Digoxin

Dosis: 25-35 mg/kg bb/hari atau 3 x 500 mg/hari selama 5-10 hari.
Obat ini diminum secara oral dengan makanan, biasanya 3 kali sehari. Dosis didasarkan pada berat badan, kondisi medis, dan respon terhadap pengobatan.

Dosis Paromomycin untuk orang dewasa:

·         Dosis untuk Amebiasis pada orang dewasa: 25 – 35 mg/kg/hari secara oral dalam 3 dosis terbagi dengan makanan selama 5 – 10 hari. Harus digunakan mengikuti rangkaian metronidazol untuk pengobatan ringan hingga parah, serta gejala penyakit. Paromomycin tidak efektif dalam extraintestinalamebiasis.
·         Dosis untuk Cryptosporidiosis pada orang dewasa: 25 – 35 mg/kg/hari secara oral dalam 2 sampai 4 dosis yang terpisah dengan makanan selama 10 sampai 14 hari (diteliti). Kadang-kadang digunakan selama 4 sampai 6 minggu untuk pasien AIDS.
·         Dosis untuk Dientamoebafragilis pada orang dewasa: 25 – 35 mg/kg/hari secara oral dalam 3 dosis yang terpisah, dengan makanan selama 7 hari (penggunaan tanpa label).
·         Dosis untuk Giardiasis pada orang dewasa: 25 – 35 mg/kg/hari secara oral dalam 3 dosis yang terpisah, dengan makanan selama 7 hari (diteliti). Paromomycin merupakan alternatif untuk pengobatan giardiasis. Metronidazol umumnya dianggap sebagai obat pilihan.
·         Dosis untuk Hymenolepis nana (cacing pita kerdil) pada orang dewasa: 45 mg/kg secara oral sekali sehari selama 5 sampai 7 hari (penggunaan tanpa label). Paromomycin bukanlah pengobatan pilihan.
·         Dosis untuk Diphyllobothriasis Latum (cacing pita ikan) pada orang dewasa: 1 g per oral setiap 15 menit untuk 4 dosis (penggunaan tanpa label). Paromomycin bukanlah pengobatan pilihan.
·         Dosis untuk Dipylidiumcaninum (cacing pita anjing) pada orang dewasa: 1 g per oral setiap 15 menit untuk 4 dosis (penggunaan tanpa label). Paromomycin bukanlah pengobatan pilihan.
·         Dosis untuk Taeniasaginata (cacing pita sapi) pada orang dewasa: 1 g per oral setiap 15 menit untuk 4 dosis (penggunaan tanpa label). Paromomycin bukanlah pengobatan pilihan.
·         Dosis untuk Taeniasolium (cacing pita babi) pada orang dewasa: 1 g per oral setiap 15 menit untuk 4 dosis (penggunaan tanpa label). Paromomycin bukanlah pengobatan pilihan.
·         Dosis untuk Koma Hepatik pada orang dewasa (terapi tambahan): 1 gram empat kali sehari selama 5 sampai 7 hari.

Dosis Paromomycin untuk anak-anak:
·         Dosis untuk Amebiasis pada anak-anak <18 tahun: 25 sampai 35 mg / kg / hari secara oral dalam 3 dosis terpisah, dengan makanan selama 5 sampai 10 hari. Harus digunakan mengikuti rangkaian metronidazol untuk pengobatan ringan sampai yang parah, beserta gejala penyakit. Paromomycin tidak efektif dalam amebiasis ekstraintestinal.
·         Dosis untuk Cryptosporidiosis pada anak-anak: 25 sampai 35 mg / kg / hari secara oral dalam 3 dosis terpisah, dengan makanan selama 10 sampai 14 hari (diteliti). Telah kadang-kadang digunakan hingga 4 sampai 6 minggu atau lebih pada pasien AIDS.
·         Dosis untuk Dientamoebafragilis pada anak-anak <18 tahun: 25 sampai 35 mg / kg / hari secara oral dalam 3 dosis tepisah, dengan makanan selama 7 hari (penggunaan tanpa label).
·         Dosis untuk Giardiasis pada anak-anak <18 tahun: 25 sampai 35 mg / kg / hari secara oral dalam 3 dosis terpisah, dengan makanan selama 7 hari (diteliti). Paromomycin merupakan alternatif untuk pengobatan giardiasis. Metronidazol umumnya dianggap sebagai obat pilihan.
·         Dosis untuk Hymenolepis nana (cacing pita kerdil) pada anak-anak <18 tahun: 45 mg / kg secara oral sekali sehari selama 5-7 hari (penggunaan tanpa label).
·         Dosis untuk Diphyllobothrium Latum (cacing pita ikan) pada anak-anak <18 tahun: 11 mg / kg secara oral setiap 15 menit untuk 4 dosis (penggunaan tanpa label).
·         Dosis untuk Dipylidium caninum (cacing pita anjing) pada anak-anak <18 tahun: 11 mg / kg secara oral setiap 15 menit untuk 4 dosis (penggunaan tanpa label).
·         Dosis untuk Taeniasaginata (cacing pita sapi) pada anak-anak <18 tahun: 11 mg / kg secara oral setiap 15 menit untuk 4 dosis (penggunaan tanpa label).
·         Dosis untuk Taeniasolium (cacing pita babi) pada anak-anak <18 tahun: 11 mg / kg secara oral setiap 15 menit untuk 4 dosis (penggunaan tanpa label).

Sediaan: 250 mg

Pemberian Obat:
Sebaiknya diberikan bersama makanan : Berikan saat makan.

Penyimpanan:
Obat ini paling baik disimpan pada suhu ruangan, jauhkan dari cahaya langsung dan tempat yang lembap.

Perhatian:
Penderita dengan lesi ulseratif pada usus besar dan hati-hati memberikan paromisin pada pasien yang mengidap kerusakan hati dan ginjal.

 

Pencegahan
Ini adalah langkah yang cukup penting agar kita tidak sampai terhinggap penyakit ini, atau dapat dilakukan sebagai tindakan setelah masa pengobatan. Diantaranya adalah selalu memasak makanan atau minuman dengan baik, hal ini karena diketahui bahwa kista akan mati apabila dipanaskan pada suhu di atas 50 derahat celcius. Selain itu, juga perlu memperhatikan masalah jamban  tempat pembuangan di rumah. Kita juga harus mewaspadai orang yang terkena penyakit ini untuk memasak makanan dan minuman yang kita santap, karena hal itu juga dapat menularkan penyakit.

Gambar








Daftar Pustaka
Tjay, Tan Hoon dan Kirana, Raharja. 2002.Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan   dan Efek-Efek Sampingnya. Jakarta : PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.
Anonim. 2007. Informasi Spesialite Obat Indonesia Volume 42-2007. Jakarta : PT Ikrar Mandiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar